Minggu, 29 Desember 2013

MOTIVASI

Motivasi

(1)  Teori Freud Psikoanalasis

Sigmund Freud, Bapak psikoanalsis ini dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal pada tanggal 23 September 1939. Pada tahun 1873, ia masuk fakultas kedokteran Universitas Wina, dan tamat pada tahun1881.
Pada tahun 1902, Freud mengundang segelintir dokter-dokter muda Wina guna mendiskusikan isu-isu psikologis. Kelima pria, Freud, Alfred Adler, Wilhelm Stekel, Max Kahane, dan Rudolf Reitler membentuk Wednesday Psychological Society, dengan Freud sebagai pemimpin diskusi. Tahun 1908, organisasi ini mengambil nama yang lebih formal – Vienna Psychoanalityc Society. Pada tahun 1910, Freud dan para pengikutnya membentuk Asosiasi Psikoanalisis Internasional (International Psychoanalitic Association) yang diketuai oleh Carl Jung yang berasal dari Zurich.

POKOK-POKOK TEORI KEPRIBADIAN FREUD

Teori Freud mengenai kepribadian dapat dijelaskan dalam rangka struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian.

1.      Das Es (Id)
Istilah yang diambil dari kata ganti untuk “sesuatu” atau “itu”. Id tidak mempunyai kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu berupaya untuk meredam ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem original di dalam kepribadian. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir, termasuk instink-instink, Id merupakan “reservoir” energi psikis yang menggerakkan Das Ich (ego) dan Das Ueber Ich (super ego). Energi psikis dalam Id dapat meningkat karena adanya perangsang, baik perangsang dari luar maupun perangsang dari dalam. Apabila energi itu meningkat dapat menimbulkan ketegangan, dengan segera Id mereduksikan energi untuk menghilangkan ketegangan, pedoman ini disebut Freud dengan “Prinsip Kenikmatan” (pleasure priciple). Untuk mencapai kenikmatan, Id mempunyai duacara (alat proses), yaitu :
Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, misalnya bersin, berkedip.
Proses primer, misalnya orang lapar membayangkan makanan.
Seluruh energi Id dicurahkan demi satu tujuan semata yaitu mencari kesenangan tanpa peduli apakah kesenanga tersebut sesuai atau tidak untuk ditampilkan.
Singkatnya, Id adalah wilayah yang primitif, kacau balau, dan tidak terjangkau oleh alam sadar.

2.      Das Ich (Ego)
Ego atau saya, adalah satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki kontak dengan realita. Aspek ini adalah aspek psikologis dari kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan kenyataan (realita). Sebagi satu-satunya wilayah dari pikiran yang berhubungan dengan dunia luar (realita), maka Ego pun mengambil peran eksekutif atau pengambil keputusan dari kepribadian. Di dalam fungsinya,  Ego berpegang pada prinsip kenyataan (reality priciple), yaitu Ego harus menimbang-nimbang antara sederetan tuntutan Id yang tidak masuk akan dan saling bertentangan dengan Super Ego. Jadi, Ego terus menerus berupaya untuk mengendalikan tuntutan buta dan irasional dari Id serta Super Ego dengan tuntutan realistis dari dunia luar. Terjepit oleh tiga sisi kekuatan yang saling berbeda dan berlawanan satu dengan yang lainnya, maka Ego pun memunculkan reaksi yang sudah bisa kita perkirakan yaitu cemas. Oleh karena itu, Ego menggunakkan represi dan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) lainnya untuk melindungi diri dari kecemasan tersebut.
Menurut Freud (1933/ 1964), Ego berkembang terpisah dari Id ketika bayi belajar untuk membedakan dirinya dengan dunia luar. Sementara Id tetap tak berubah, Ego terus mengembangkan aneka strategi untuk mengontrol tuntutan-tuntutan Id akan kesenangan yang tidak realistis. Kadang-kadang Ego sanggup mengekang dorongan Id yang serba kuat dan mencari kesenangan, kadang-kadang Id gagal memegang kendali. Ego terus tarik ulur dengan dorongan-dorongan Id, tetapi Ego sebetulnya berada dalam genggaman Id yang lebih kuat tetapi tidak teratur. Ego tidak mempunyai kekuatan sendiri karena Ego meminjam energi dari Id. Sekalipun bergantung pada Id, terkadang Ego berhasil memegang kendali penuh, contohnya pada seseorang yang telah matang secara psikologis.

3.      Das Ueber Ich (Super Ego)
Super ego mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralitas dan idealis yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari Id dan prinsir realistis dari Ego.
Super ego memiliki dua subsistem, suara hati dan ego ideal. Freud tidak membedakan kedua fungsi ini secara jelas, tetapi secara umum, suara hati lahir dari pengalaman-pengalaman mendapatkan hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman mendapatkan imbalan atas perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-halyang sebaiknya dilakukan.
Super ego yang berkembang dengan baik berperan dalam mengendalikan dorongan seksual dan agresif melalui proses represi. Super ego tidak bisa menghasil represi sendiri, tetapi super ego bisa memerintahkan ego untuk melakukan hal tersebut (mekanisme pertahanan). 

Adapun fungsi pokok super ego itu dapat dilihat dalam hubungan dengan ketiga wilayah  pikiran, yaitu :
Merintangi impuls-impuls Id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat.
Mendorong Ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada yang realistis.
Mengejar kesempurnaan.
Freud menggarisbawahi bahwa antar wilayah pikiran  tersebut tidak dipisahkan secara tegas maupun dibagi oleh sekat yang jelas. Perkembangan ketiga wilayah pikiran ini bervariasi antar individu yang berbeda. Bagi sebagian orang, super ego baru berkembang setelah masa kanak-kanak, sedangkan bagi yang lain, super ego mendominasi kepribadian lewat rasa bersalah dan perasaan inferior. Sedangkan bagi yang lain lagi, ego dan super ego bergantian mengendalikan kepribadian sehingga mengakibatkan mood berfluktuasi secara ekstrim dan muncul siklus di mana rasa percaya diri dan rasa menghukum diri sendiri muncul bergantian. Pada individu yang sehat, Id dan super ego terintegrasi ke dalam ego yang berfungsi baik dan beroperasi harmonis dengan konflik yang minim.

DINAMIKA KEPRIBADIAN

Tingkat kehidupan mentaldan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau komposisi kepribadian, tetapi kepribadian itu sendiri juga bertindak. Sehingga Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Motivasi ini diperoleh dari energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.

Dorongan-dorongan
Menurut Freud (1933/ 1964), berbagai macam dorongan bisa digolongkan berdasarkan dua kategori, yaitu seks atau Eros dan agresi, distraksi, atau Thanatos. Freud menggunkkan istilah libido untuk dorongan seks, sedangkan energiuntuk dorongan agresitidak diberi nama. Setiap dorongan dasar memiliki desakan (impetus), sumber, tujuan dan objek. Desakan dorongan adalah besar kekuatan dari dorongan yang keluar. Sumber dorongan adalah bagian tubuh yang mengalami ketegangan atau rangsangan. Tujuan dorongan adalah untuk memperoleh kepuasan dengan cara meredam rangsangan atau mengurangi ketegangan. Objek dorongan adalah orang atau benda yang dijadikan alat untuk memperoleh tujuan (Freud, 1915/1957a).

SEKS
Tujuan dorongan seksual adalah kesenangan, tetapi kesenangan ini tidak terbatas pada pemuasan genital. Freud meyakini bahwa seluruh tubuh dialiri oleh libido. Selain genital, mulut dan anus juga mampu menghasilkan kesenangan seksual dan dikenal sebagai zona erogenus (erogenous zones).
Seks bisa muncul dalam berbagai bentuk, termasuk narsisme, cinta, sadisme, dan masokisme. Dua bentuk terakhir, memiliki konponen yang besar dari dorongan agresif.
Narsisme pertama umumnya terjadi pada bayi (self centered). Ketika ego berkembang anak melepas narsisme pertamanya dan mengembangkan ketertarikan yang lebih besar pada orang lain ( secondary narcissism ). Manifestasi ke dua dari eros adalah cinta, yang berkembang pada saat orang mengarahkan libido mereka pada objek atau orang selain diri mereka sendiri. Tmapak jelas bahwa cinta dan narisisme saling terkait erat. Narsisme mencakup cinta pada diri sendiri, sedangkan cinta mencakup kecenderungan narsisme, seperti rasa cinta seseorang kepada sosok yang dia pandang ideal atau model dari apa yang mereka capai. Dua dorongan lain yang juga saling terkait adalah sadisme dan masokisme. Sadisme adalah kebutuhan akan kesenangan seskual dengan cara menimbulkan rasa sakit atau mempermalukan orang lain. Masokisme, seperti juga sadisme, merupakan kebutuhan yang lazim, tetapi berubah menjadi kelainan apabila eros tunduk pada dorongan pengrusakan.

AGRESI
Tujuan akhir dari dorongan agresi adalah penghancuran diri. Serupa dengan dorongan seksual, agresi bersifat fleksibel dan bisa berubah bentuk, misalnya dengan menggoda, bergosip, sarkasme, mempermalukan orang lain, humor, dan menikmati penderitaan orang lain. Dorongan agresi ini juga menjelaskan adanya kebutuhan seseorang untuk membangun tembok pembatas guna mengendalikan agresi.

KECEMASAN
Kecemasan menduduki posisi sentral dalam teori dinamika freud. Dalam mendefiniskan kecemasan, Freud (1933/1964) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan situasi afektif yang di rasa tidak menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam. Ketergantungan ego pada id menyebabkan munculnya kecemasan neurosis, sedangkan ego pada super ego memunculkan kecemasan moral, dan ketergantungannya pada dunia luar mengakibatkan kecemasan relistis. Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui. Kecemasan moral, berakar dari konflik antar ego super ego. Kecemasan realistis terkait erat dengan rasa takut. Kecemasan ini didefinisikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena memberi sinyal bahwa ada bahaya didepan mata (Freud, 1933/1964). Kecemasan juga mengatur dirinya sendiri (self regulating) karena bisa memicu represi, yang kemudian mengurangi rasa sakit akibat kecemasan tadi (Freud, 1933/1964).

Mekanisme Pertahanan Diri
Freud pertama kali mengembangkan pemikiran tentang mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) ini pada tahun 1926 (Freud, 1926/1959a).

Mekanisme-mekanisme pertahanan utama yang didentifikasi oleh Freud mencakup :

Represi
Represi atau penekanan adalah pengertian yang mula-mula sekali dalam psikoanalisis. Freud menganggap kepribadian itu terdiri dari 3 bagian:
1.      alam sadar (kesadaran)
2.      alam prasadar (keprasadaran)
3.      alam tak sadar (ketaksadaran)
Dalam banyak kasus, represi dapat muncul sepanjang hidup. Penekanan terjadi apabila suatu pemilihan objek dipaksa keluar dari kesadaran oleh anti cathexis. Penekanan dapat juga mempengaruhi normalnya fungsi badan, misalnya seseorang mungkin menjadi impotent karena takut impuls-impuls seksual.

Pembentukan Reaksi
Pembentukan reaksi adalah penggantian impuls atau perasaan yang menimbulkan ketakutan atau kecemasan dengan lawannya didalam kesadaran. Perilaku reaktif ini bisa dikenali dari sifatnya yang berlebih-lebihan dan bentuk yang obsesif juga kompulsif.

Pengalihan (displacement)
Freud (1926/1959a), meyakini bahwa hanya pada satu objek tunggal. Misalnya, orang yang memiliki rasa cinta yang reaktif akan membanjiri orang yang diam-diam mereka benci dengan perhatian yang berlebihan. Akan tetapi, pada pengalihan, orang bisa mengarahkan dorongan-dorongan yang tak sesuai ini pada sejumlah orang atau objek sehingga dorongan aslinya terselubung atau tersembunyi.

Fiksasi
Secara teknis, fiksasi adalah keterikatan permanen dari libido pada tahap perkembangan sebelumnya yang lebih primitif (freud, 1917/1963). Sama dengan pertahanan lainnya, fiksasi bersifat universal.

Regresi
Regresi sangat erat hubungannya dengan fiksasi. Pada saat lbido melewati tahap perkembangan tertentu, dimasa-masa penuh stess dan kecemasan, libido dapat kembali ketahap yang sebelumnya. Langkah mundur ini dikenal, dengan regresi (Freud, 1917/1963)

Proyeksi
Manakala dorongan dari dalam menyebabkan kecemasan yang berlebihan, ego biasanya mengurangi rasa cemas tersebut dengan mengarahkan dorongan yang tidak diinginkan ke objek eksternal, biasanya ke orang lain. Inilah yang disebut dengan mekanisme pertahanan proyeksi, yang didefinisikan sebagai melihat dorongan atau perasaan orang lain yang tidak dapat diterima, padahal sebenarnya perasaan atau dorongan tersebut ada dialam tidak sadar dari diri sendiri(freud, 1915/1957b). Jenis proyeksi yang ekstrim adalah paranoid, yaitu kelainan mental yang ditandi dengan pikiran-pikiran keliru(delusi) yang begitu kuat beruapa rasa cemburu terhadap orang lain dan merasa dikejar-kejar oleh orang lain.paranoid tidak selalu muncul akibat proyeksi, tetapi merupakan jenis ekstrim dari proyeksi.

Introyeksi
Introyeksi adalah mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat positif orang lain kedalam egonya sendiri.

Sublimasi
Merupakan represi dari tujuan genital dari Eros dengan cara menggantinya ke hal-hal yang bisa diterima, baik secara kultural ataupun sosial. Tujuan sublimasi diungkapkan secara jelas terutama melalui pencapaian kultural kreatif, seperti pada seni, musik, juga sastra, lebih tepatnya, pada segala bentuk hubungan antar manusia dan aktifitas sosial lainnya.
Semua mekanismae pertahan itu mempunyai kesamaan sifat-sifat yaitu:
1.      Kesemuanya itu menolak, memalsukan atau menganggu kenyataan.
2.      Kesemuanya itu bekerja dengan tidak disadari, sehingga orangnya yang bersangkutantidak tahu apa yang sedang terjadi.

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Kepribadian itu berkembang dalam hubungannya dengan 4 macam sumber tegangan pokok, yaitu:
1.      Proses pertumbuhan fisiologis
2.      Frustasi
3.      Konflik
4.      Ancaman
Sebagai akibat dari meningkatnya tegangankarena keempat sumber itu maka orang terpaksa harus belajar cara-cara yang baru untuk mereduksi tegangan. Belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksi tegangan inilah yang disebut perkembangan kepribadian.
Identifikasi dan pemindahan objek adalah cara atau metode-metode yang dipergunakan oleh individu untuk mengatasi frustasi,konflik serta kecemasan.

Identifikasi
identifikasi disini dapat diberi definisi sebagai metode yang dipergunakan orang dalam menghadapi orang lain dan membuatnya menjadi bagian daripada kepribadiannya. Dia belajar mereduksikan tegangan dengan cara bertingkah laku, seperti tingkah laku orang lain. Freud mempergunakan istilah identifikasi bukan imitasi, sebab menurut dia istilah imitasi mengandung arti peniruan yang dangkal, sedangkan dalam identifikasi apa yang ditiru itu lalu menjadi bagian daripada kepribadiannya.

2. Pemindahan objek
Adapun arah pemindahan obyek ini ditentuan oleh dua faktor, yaitu:
1.Kemiripan obyek pengganti terhadap obyek aslinya
2.Sanksi-sanksi dan larangan-larangan masyarakat

Fase-fase perkembangan
Tiap fase (terutama dari lahir sampai kira-kira umur lima tahun) ditentukan atas dasar cara-cara reaksi bagian tubuh tertentu.

Adapun fase-fase tersebut ialah:
Fase oral
Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamis.
2.Fase anal
Pada fase ini berpusat pada fungsi eliminatif (pembuangan kotoran).
3.Fase falik
Pada fase ini alat-alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting.
4. Fase laten
Pada fase ini impuls-impuls cenderung untuk ada dalam keadaan tertekan.
5. Fase pubertas
Pada masa ini impuls-impuls muncul kembali.
6.Fase genital

Teori Abraham Maslow
Abraham Maslow berusaha menjelaskan mengapa orang didorong oleh kebutuhan tertentu pada waktu tertentu. Kebutuhan manusia tersusun dalam hierarki, dari yang paling mendesak sampai yang paling kurang mendesak. Berdasarkan urutan tingkat kepentingannya, kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Orang akan berusaha memuaskan dulu kebutuhan mereka yang paling penting. Jika seseorang berhasil memuaskan kebutuhan yang penting, kemudian dia akan berusaha memuaskan kebutuhan yang terpenting berikutnya.

Teori Motivasi Dua Faktor Herzberg (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk di dalamnya adalah kebijakan personalia dan praktek–praktek manajemen perusahaan dimana suatu pekerjaan dilakukan, supervisi teknis yang diterima pada pekerjaan tersebut, hubungan antara individu dengan supervisor dan kolega, dan kualitas kerja.(faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah pencapaian/penyelesaian pada suatu pekerjaan, pengenalan untuk menyelesaikan pekerjaan, sifat pekerjaan dan tugas itu sendiri, kelanjutan dan pertumbuhan dalam kemampuan pekerjaan.

Sumber :
Peter, J. Paul dan Olson, Jerry C. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Alih bahasa Damos Sihombing, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1999

Engel, James F., Blackwell, Roger D., dan Miniard, Paul W., Perilaku Konsumen,Alih bahasa Budiyanto, Binarupa Aksara, Jakarta, 1994

Tidak ada komentar:

Posting Komentar